03 April 2008

Dari Pendidikan Untuk Kebangkitan

Oleh: Hadi Al Sumatrany

Tsunami yang menimpa Aceh pada 26 Desember 2004 lalu buka hanya luka untuk Aceh tapi menjadi duka seluruh masyarakat Internasional. Musibah yang sangat dahsyat pada abad ini telah membuat masyarakat dunia tersentuh hatinya untuk membantu Aceh yang sedang berduka akibat konflik dan tsunami.

Bala bantuan dari berbagai penjuru dunia datang membantu para korban. Batas Negara, suku, bangsa, warna kulit dan kepercayaan hilang dan diganti atas nama kemanusian antar sesama. Semua berduka dan menyisihkan apa yang ada untuk disumbangkan ke Aceh yang menderita. Berbagi Lembaga Nasional maupun Internasional membantu korban tsunami baik langsung maupun tidak langsung.

Banyaknya sarana dan prasarana yang hancur-lebur menyebabkan berbagai bantuan mengalir ke Aceh. Berbagai negara membantu kebutuhan yang diperlukan oleh para korban tsunami. Mulai dari makanan, tenda, peralatan kesehatan dan berbagai kebutuhan lainnya masuk ke daerah yang dilanda Tsunami. Relawan Nasional dan Internasional datang membantu rakyat Aceh.

Rasa solidaritas antar sesama muncul untuk membantu Aceh. Suasana itu menjadi hikmah bagi Aceh dan masyarakat Internasional dalam menata persatuan dan persaudaraan antar sesama. Karena bantuan tersebut telah membangkitkan rasa kasih sayang antar penduduk dunia. Akibatnya rasa optimisme rakyat Aceh untuk bangkit tumbuh kembali akibat duka konflik dan tsunami yang sulit dilukiskan dengan kata-kata.

Solidaritas seperti itu menjadi contoh untuk masa depan dunia dalam membangun pondasi perdamaian yang kokoh. Pondasi perdamaian yang akan menyelamatkan dunia dari malapetaka perang antar sesama. Solidaritas seperti itu penting bagi keluarga besar dalam satu planet yang bernama bumi sebagai rumah kehidupan umat manusia dan makhluk lainnya.

Membantu sesama juga punya makna tersendiri untuk saling membagi dan menyayangi demi perdamaian. Batas negara hanyalah batas antara satu keluarga dengan keluarga lainnya. Sedangkan keluarga besar tetaplah bumi tercinta ini.

Permusuhan antar negara hanya membawa penderitaan, sedangkan perdamaian adalah cita-cita masa depan bumi yang perlu dijaga oleh seluruh penghuninya. Manusia adalah makhluk yang sangat bertanggung jawab atas kelestarian bumi. Karena masa depan bumi punya makna dan nilai yang sangat berharga bagi keberlangsungan penduduknya.

Bila solidaritas yang ditunjukkan ketika musibah menimpa Aceh juga muncul untuk membantu negara-negara yang dilanda kemiskinan. Mungkin rakyat miskin diberbagai negara-negara ikut merasakan bagaimana indahnya hidup ini untuk saling membantu antar sesama. Karena saat itu perbedaan negara, warna kulit, suku, agama dan aliran kepercayaan lainnya tidak lagi menjadi masalah yang diperdebatkan.

Yang menjadi perhitungan adalah atas dasar kebersamaan dalam satu keluarga besar yang bernama rumah tangga bumi tempat kehidupan untuk semua manusia agar saling membantu. Proses saling membantu yang tercipta ketika Aceh menimpa musibah besar bisa menjadi latar belakang untuk memperkuat persatuan dan persaudaraan sesama manusia di planet ini.

Nasib Pendidikan Aceh

Masa konflik telah mengukir sejarah kelam pendidikan Aceh yang hancur karena dibakar oleh pihak-pihak tertentu. Dunia pendidikan Aceh benar-benar berduka karena banyaknya gedung sekolah yang dibakar dan dihancurkan. Padahal gedung sekolah perlu diselamatkan karena menjadi tempat untuk mendidik generasi Aceh agar bebas dari buta huruf.

Namun, ketika itu gedung-gedung sekolah menjadi sasaran penghancuran dan pembakaran. Banyak anak-anak yang terpaksa belajar dalam tenda yang sempit dan panasnya terik di siang hari. Tetapi mereka tetap rajin dalam belajar walapun bukan di ruang kelas yang biasanya.

Banyak anak-anak yang ikut mengungsi karena harus lari dari kampung halamannya. Keamanan yang tidak terjamin dan konflik memuncak membuat mereka tidak aman berada dikampung. Akibatnya anak-anak yang masih bersekolah merasakan dampaknya selama masa konflik.

Suasana itu bukan hanya membuat Aceh mencekam tetapi telah terjadi kekhawatiran terhadap suramnya generasi masa depan tanpa pendidikan. Dapat dibayangkan nasib Aceh bila generasinya tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Mungkin Aceh akan terpuruk dalam konflik berkepanjangan dan hilangnya generasi yang punya ilmu pengetahuan untuk mendamaikannya. Namun itu hanya masa lalu yang perlu segera dilupakan dan dijadikan pelajaran untuk bangkit bersama masa depan.

Tsunami menjadi akhir dari kehancuran berbagai fasilitas pendidikan. Dunia pendidikan kembali berduka atas musibah tersebut. Karena bukan hanya gedung sekolah dan peralatannya yang hancur tetapi anak sekolah dan guru turun meninggal dalam musibah itu.

Kejadian itu menjadi kehilangan yang luar biasa dalam sejarah Aceh dan dunia. Karena fasilitas sekolah menjadi harapan untuk menuai masa depan Aceh yang gemilang. Tetapi diberbagai wilayah pesisir banyak anak-anak yang harus belajar di tenda darurat yang serba kekurangan baik buku maupun guru.

Tidak terhitung jumlah gedung sekolah yang hancur karena gelombang tsunami. Pada saat itu berbagai kalangan datang membantu pendidikan Aceh dengan berbagai kebutuhan. Guru bantu datang untuk melanjutkan kegiatan belajar mengajar di tenda darurat.

Dengan bantuan berbagai lembaga nasional dan Internasional, aktivitas pendidikan mulai terselenggara di barak pengungsi. Berbagai kegiatan diselenggarakan untuk menghibur anak-anak dan orang dewasa agar tidak larut dalam kesedihan. Anak-anak yang merasakan musibah itu mulai memperlihatkan wajah-wajah keceriaan.

Pendidikan dan kebangkitan

Harus diakui bahwa kebangkitan sebuah negara sangat ditentukan oleh tingkat kualitas sumber daya manusia (SDM) yang tersedia. Tanpa pendidikan yang baik maka nasib sebuah negara dalam berbagai bidang akan terpuruk karena ketidakmampuan generasinya. Karena untuk memajukan sebuah bangsa memerlukan SDM yang bisa diandalkan dalam menangani sejumlah bidang.

Sumber daya alam (SDA) yang melimpah tidak menjamin kemakmuran sebuah negara bila tidak ditangani oleh SDM yang baik. Banyak contoh negara yang punya SDA tetapi tidak merasakan kemakmuran sebaliknya banyak negara yang memiliki SDM yang baik bisa bangkit menjadi negara maju walaupun tidak diperkuat oleh SDA yang tersedia di negaranya. Menjadi jelas bahwa SDM sangat mempengaruhi kebangkitan dan kemajuan sebuah negara.

Untuk mengolah SDA yang ada membutuhkan SDM yang punya pengetahuan dibidang tersebut. Sedangkan SDM sangat ditentukan oleh sarana dan prasarana pendidikan yang baik. Tanpa fasilitas pendidikan yang baik maka mustahil menghasilkan SDM yang dibutuhkan tersebut.

Mungkin belajar dari kebangkitan Jepang melalui peningkatan dibidang pendidikan setelah hancur lebur kota Hirosima dan Nagasaki yang di bom atom oleh sekutu. Maka banyak donatur Nasional maupun Internasional yang memfokuskan pada pembangunan pendidikan di Aceh. Baik bantuan dalam bentuk fisik maupun non-fisik demi kebangkitan Aceh.

ADB dan BRR

Asia Devolepment Bank (ADB) merupakan salah satu donator Internasional yang ikut membantu dibidang pendidikan di Aceh. Program pengadaan buku untuk sekolah/madrasah di Aceh dan Nias melalui Satker BRR Peningkatan Sarana dan Prasarana Sekolah/Madrasah yang didanai oleh ADB merupakan upaya untuk membangun pendidikan Aceh. Program tersebut sangat bermanfaat untuk menghasilkan SDM yang berkualitas.

Apalagi kedepan ADB punya program pembangunan laboratorium untuk sekolah/madrasah di Aceh dan Nias. Ini juga bagian dari upaya ADB untuk memprkuat sarana dan prasarana pendidikan di Aceh. Karena perlengkapan fasilitas pendidikan seperti itu dapat memudahkan siswa untuk memperoleh ilmu melalui praktek langsung.

Kemampuan lebih para siswa di negara maju dari pada negara berkembang karena mereka punya sarana dan prasarana pendidikan yang lebih lengkap. Sehingga upaya ADB dan lembaga Nasional dan Internasional yang membantu dibidang pendidikan Aceh perlu dipuji dan dihargai dengan memanfaatkan sarana tersebut. Para donatur punya niat untuk membangkitkan Aceh melalui bidang pendidikan.

Ditingkat perguruan tinggi, banyak fasilitas pendidikan yang dibangun oleh para donatur melalui BRR Satker Perguruan Tinggi. Disamping itu pemberian beasiswa oleh BRR dan donatur Nasional dan Internasional lainnya juga punya niat baik untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas. Harapan yang sangat besar agar semua pihak peduli dengan kebangkitan pendidikan Aceh sebagai landasan untuk memajukan Aceh.

Deputi Pendidikan di BRR perlu dipertahankan sampai berakhirnya tugas BRR di Aceh. Karena Deputi Pendidikan sangat penting untuk menjadi motor penggerak bagi kebangkitan Aceh melalui pembangunan sarana dan prasarana pendidikan. Karena pendidikan punya peluang besar melahirkan generasi intelektual yang menjadi pondasi masa depan Aceh.

Yang penting, bantuan dari donatur/lembaga Nasional dan Internasional dikelola dengan jujur dan dimanfaatkan untuk kepentingan umum. Karena bila BRR dan Lembaga Nasional dan Internasional habis masa kerjanya di Aceh, kita tersisa sejumlah bangunan fisik yang bisa dimanfaatkan untuk generasi selanjutnya. Hanya itu yang menjadi kekuatan kita untuk bangkit dan sejajar dengan negara-negara maju lainnya. Pendidikan yang berkualitas sama dengan harapan kebangkitan dimasa depan. Semoga Aceh dapat bangkit melalui generasi yang berpendidikan.[]

Tidak ada komentar:

Pemain Persiraja

Pemain Persiraja
Playmaker Persiraja, Patrick Sofian Ghigani