03 April 2008

Energi Baru untuk Maju dan Sejahtera

Oleh: Hadi Al Sumatrany

Indonesia laksana surga yang terletak di Asia tenggara. Karena letak dan luas wilayahnya serta hasil alamnya yang berlimpah ruah. Kekayaan alam Indonesia sangat menarik perhatian negara luar. Tentu kita masih ingat masa penjajahan dulu ketika orang asing datang menjajah Indonesia. Karena disini tersedia apa yang di perlukan untuk kebutuhan hidup.

Ketika mesin-mesin diciptakan oleh manusia maka mempermudah pekerjaan yang selama ini dikejakan dengan kekuatan fisik manusia. Tapi mesin-mesin tersebut dapat di hidupkan dengan minyak bumi. Maka minyak bumi di gali di seluruh sudut bumi yang kaya akan minyak. Minyak bumi menjadi kebutuhan di seluruh dunia.

Dari penemuan itu ternyata manusia menjadi makhluk konsumtif bahkan ada yang rakus. Rakus karena memakai secara berlebihan dan tak mau berfikir bagaimana kalau suatu saat, apa yang terkandung di bumi, seperti minyak bumi mulai habis. Apalagi yang kita gunakan ketika minyak bumi habis padahal itu menjadi kebutuhan sehari-hari?.

Tak dapat di ingkari karena setiap hari kita membutuhkan minyak bumi. Seperti menerangi seluruh kota kita butuh minyak bumi, menghidupi mesin pembangkit listrik. Menghidupkan pabrik-pabrik raksasa, kapal laut, pesawat terbang, mobil sepeda motor dan kebutuhan rumah tangga. Bagaimana kalau tiba-tiba minyak bumi habis. Apakah malam akan gelap-gulita tanpa penerangan lagi dan mesin-mesin tersebut menjadi besi tua.

Seharusnya kita mulai berfikir untuk mengantisipasi bila kelak minyak bumi habis. Karena semua pabrik-pabrik raksasa tergantung kepada minyak bumi. Begitu juga dengan kapal laut, pesawat terbang, mobil, sepeda motor dan lain-lain? Akankah semua itu menjadi besi-besi mati yang tergelatak ditiap sudut kota bila kelak minyak bumi habis.

Apakah kita akan kembali memakai cara-cara tradisional ketika malam. Masa depan akan kembali ke masa lalu. Kehidupan manusia modern akan diganti dengan kehidupan manusia kuno. Padahal alam menyediakan banyak jawaban tapi kita lupa memanfaatkannya. Hari-hari kita di penuhi dengan pemakaian tapi kurang penciptaan. Setiap hari menghabiskan hasil alam tapi tak tahu memanfaatkannya.

Cara kita mengunakan hasil alam pun rakus karena banyak yang kadang sia-sia. Kita berlomba-lomba untuk mengoleksi banyak mobil, sepeda motor, yang setiap hari menghabiskan banyak minyak bumi. Karena menurut kita uang dapat membeli segalanya. Tapi ketika minyak bumi habis, apa yang kita beli?.

Tidak tergantung kepada minyak bukan berarti kita tak pakai minyak bumi lagi tapi bagaimana sebelum minyak bumi habis, kita mulai memikirkan alternatif lain yang ada di alam ini untuk kita gunakan. Misalnya mulai berfikir untuk membuat bahan pengganti minyak bumi karena suatu saat minyak bumi akan habis.

Bila sekarang pemerintah kita sudah mengeluarkan Intruksi Presiden No 1 Tahun 2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan Bahan Bakar Nabati. Bukankah itu menjadi semangat baru untuk berfikir tentang bagaimana memanfaatkan sumber daya nabati yang begitu banyak di Indonesia. Jika dapat di manfaatkan dengan baik maka menjadi satu keberuntungan yang membuat bangsa ini bangkit dari kertertinggalannya selama ini.

Padahal dengan adanya Bahan Bakar Nabati kita dapat menguragi penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri. Pernahkah kita menyadarinya bahwa kebutuhan BBM di Indonesia saat ini mencapai 215 juta liter per hari? Sedangkan yang di produksi di dalam negeri hanya 178 juta liter per hari. Berarti harus mengimpor 40 juta liter per hari untuk menutupi kekurangan itu.

Berapa uang yang harus di habiskan untuk mengimpor BBM 40 juta liter per hari? Bukankah uang mengimpor BBM itu dapat digunakan untuk kebutuhan lain. Sehingga bermanfaat untuk bangsa bila kita mau mengunakan Bahan Bakar Nabati sebagai pengganti BBM.

Dulu Indonesia memang di kenal sebagai anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC), tapi sekarang telah menjadi net-importir minyak bumi. Sampai kapan kita akan terus menjadi importir yang setia?. Masih belum sadarkah kita untuk memanfaatkan kekayaan sumber daya nabati yang ada di negeri ini?.

Akankah impor BBM akan berlanjut?. Karena 50 persen kebutuhan energi dalam negeri masih bergantung pada minyak bumi. Padahal, Indonesia kaya sumber energi fosil non-BBM seperti gas alam, batu bara, dan minyak bumi, serta energi terbaru diantaranya panas bumi, biomassa, tenaga hidro, dan panas matahari.

Apalagi harga minyak dunia sering dipengaruhi oleh masalah politik Internasional seperti, konflik Timur-Tengah, ancaman perang antar negara, ancaman terorisme Internasional, persaingan global, konflik internal negara pengempor minyak dan konflik internasional lainya. Semua itu sering membuat harga minyak dunia naik secara gila-gilaan.

Ekses dari kenaikan harga minyak dunia selalu bebannya mengarah ke negara-negara non OPEC yang sangat membutuhkan minyak bumi termasuk juga Indonesia. Maka jangan heran kenaikan minyak dunia juga mempengaruhi perekonomian dalam negeri kita. Karena membengkaknya anggaran yang harus dikeluarkan untuk menutupi pembengkakan biaya yang harus kita keluarkan.

Bila bidang ekonomi terganggu maka bidang lain juga ikut terganggu dan akhirnya kesejahteraan rakyat ikut terpengaruh. Sehingga semua itu berakhir kepada kehancuran ekonomi nasional yang memuat negara sulit untuk bangkit.

Mencintai Produk Sendiri

Bahan Bakar Nabati yang mudah didapatkan di dalam negeri seharusnya menjadi tugas utama untuk dikembangkan secara bersama-sama. Jangan menunggu esok atau lusa dengan manja menggunakan minyak bumi tapi mulai sekarang kita kembali mengembangkan Bahan Bakar Nabati sebagai produk utama untuk meminimalisir penggunaan minyak bumi.

Mulailah membangun kesadaran untuk mencintai produk sendiri. Karena mencintai produk sendiri berarti ikut membangun perekonomian bangsa. Jadi kita perlu bangga karena ikut membantu kesejahteraan rakyat seluruh nusantara dengan memakai produk sendiri dan mengembangkan Bahan Bakar Nabati.

Karena cinta tanah air bukan hanya siap membela tanah air bila diserang oleh negara lain. Tapi mencintai produk sendiri juga bagian dari cinta tanah air. Menciptakan sesuatu yang berguna bagi bangsa juga sama jasanya dengan pahlawan yang gugur dimedan perang ketika membela tanah air tempo dulu.

Kenapa? Karena jika mampu menciptakan suatu produk yang berguna bagi rakyat, maka kita tak perlu menghabiskan uang untuk membeli produk luar negeri. Hasil ciptaan kita dapat di produksi untuk kebutuhan di dalam negeri dan dapat di ekspor keluar negeri yang dapat menambah devisa negara.

Jadi jangan tunggu sampai minyak bumi habis tapi bagaimana memanfaatkan Bahan Bakar Nabati yang mudah didapatkan didalam negeri untuk membangkitkan ekonomi bangsa dalam bersaing dengan negara lain. Ini kewajiban bagi kita sebagai orang yang selalu mengklaim nasionalismenya tinggi. Karena masa depan bangsa tidak cukup dengan janji tapi perlu bukti untuk sebuah kebenarannya.

Sangat disesalkan bila kita punya kesempatan tapi tak mau memanfaatkan. Cukup sudah kita menjadi negara konsumtif selama ini. Karena sudah saatnya untuk menambahkan kesadaran kepada anak bangsa untuk memikirkan bagaimana kebutuhan bangsa terpenuhi dan tercipta dari tangan anak bangsa sendiri serta dapat dimanfaatkan oleh seluruh umat manusia.

Disinilah perlu kerjasama antar seluruh anak bangsa dan pemerintah. Seluruh anak bangsa memulai hidup baru untuk mencintai dan menciptakan produk sendiri dan pemerintah ikut membantu baik dana maupun sarana untuk mengalakkan pembuatan Bahan Bakar Nabati serta penggunaannya di dalam negeri. Kita perlu mengabarkan bahwa Bahan Bakar Nabati produksi utama Indonesia.

Dengan adanya penyediaan dan pemanfaatan Bahan Bakar Nabati dapat menjadi jawaban atas krisis ekonomi yang di hadapi oleh bangsa dan tersedianya pasokan energi dalam negeri secara berkelanjutan. Inilah kesempatan kita sebagai sebuah bangsa yang besar untuk bangkit dan di segani oleh Negara-negara lainnya. Semoga Bahan Bakar Nabati menjadi energi baru untuk maju dan sejahtera seluruh rakyat nusantara.[]

Tidak ada komentar:

Pemain Persiraja

Pemain Persiraja
Playmaker Persiraja, Patrick Sofian Ghigani