03 April 2008

Pohon Sidrah Raksasa

Oleh: Hadi Al Sumatrany

“Telah jelas kerusakan di darat dan dilaut karena ulah tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar)”,(QS. Ar-Rum:41).

Perlu diingat bahwa sebelum manusia dibuang ke bumi, hutan di bumi sudah dulu ada. Hutan sudah terhias dengan pohon dan binatang lain sebelum manusia ada di bumi. Maka, kewajiban manusia untuk melindungi bumi hutan dan keberadaan makhluk lain. Manusia perlu sadar karena alam telah ikut membantu kehidupannya.

Dalam misi manusia dikirim ke bumi pun sudah jelas agar mengabdi kepada Tuhan dan ikut memelihara bumi yang didalamnya terdampar hutan yang luas dan tidak melakukan pencemaran lingkungan. Tuhan menciptakan hutan bukan hanya sekedar untuk memperindah bumi tapi juga untuk membuat bumi subur dan iklim terjaga. Karena hutan menjadi sumber kehidupan bagi manuisa.

Ketika hutan menjadi sasaran kerakusan, balasannya adalah kerusakan bagi makhluk lain yang selama ini kebagian rumah untuk menghuni hutan. Hutan menjadi rumah binatang untuk bermain sesama dan melanjutkan kehidupannya. Dalam kehidupan binatang, hutan adalah surga melangsungkan masa depan.

Apa jadinya bila kita datang dengan truk besi besar dan bermacam-macam gergaji. Bagaimana nasib binatang di hutan yang kita rusak rumahnya, kita rusak sumber-sumber makanannya. Kita pisahkan mereka yang sedang bercinta, berkeluarga, menyusui anaknya. Bagaimana nasib mereka yang punya tempat tinggal aman dan berkelompok. Tapi hilang dan berantakan oleh irisan gergaji-gergasi orang-orang rakus.

Pernahkah kita berfikir terbalik, seandainya rumah kita dirusak orang lain. Desa kita dirusak oleh orang lain, kota kita dihancurkan dengan bom. Orang yang kita cintai hilang didepan mata, anak berpisah dengan orang tua, istri berpisah dengan suami. Saudara kandung berpisah dengan saudara kandung, satu komunitas yang rukun berpisah dan hancur berantakan.

Kita perlu berpikir ulang tentang longsoran dan banjir badang yang marak terjadi saat ini. Turunnya binatang buas ke perkampungan juga disebabkan karena tempat mereka telah diganggu. Sehingga perlu melindungi hutan sebagai lingkungan hidup makhluk lain.

Sampai kesanakah kita membagi cerita duka seperti itu. Jika kita punya sifat kemanusiaan, kenapa tega menebang dan merusak tempat mereka. Haruskah kerakusan dilapiaskan dengan mengelupasi hutan. Bagaimana nasib binatang sebagai tuan rumah dan orang sekitar yang bergantung pada hasil hutan. Sudah hilangkah kewarasan yang kita miliki sampai tega melukai dan menyengsarakan jutaan makhluk lain.

Mereka memang tidak diciptakan berakal, mereka memang tidak sempurna seperti kita. tapi bagaimana dengan kita yang berakal, kenapa akal yang bisa membedakan yang baik dan yang jahat. Lalu kemana akal kita gunakan. Bukankah itu kelebihan kita dari makhluk lain. Karena kita diangkat sebagai khalifah untuk melestarikan bumi ini.

Kita telah berjanji sebelum lahir kepada Tuhan untuk taat kepadanya. Melakukan perbuatan baik dan meninggalkan perbuatan jahat. Ketika kita menebang hutan dengan rakus dan serakah, bukankah kita sudah mengkhianati janji yang telah kita ucapkan dihadapan Tuhan. Apa kita pura-pura lupa dengan seenaknya mengabaikan janji yang telah diikrarkan.

Hebatnya, kita mengkhianati janji yang telah disepakati dengan Tuhan. Kejamnya, kita menggangu, merusak dan membunuh makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Belum sadarkah kita dengan kerakusan dan keserakahan selama ini. Berarti kita tergolong orang-orang yang dicap munafik oleh Allah dalam firmanya.

”Dan bila dikatakan kepada mereka (orang-orang munafik): ”Janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Mereka menjawab: ”Sesungguhanya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar”,(QS. Al Baqarah 11-12)

Tak ada gunanya kemunafikam kita tutupi dengan seragam suci. Tak ada gunanya kemunafikan kita tampilkan baik dihadapan publik. Tak ada gunanya semua aparat kita kita rayu dengan uang. Tak ada gunanya penghasilan dari hasil merusak hutan. Tak ada nikmatnya pendapatan dari kebiasaan merusak hutan.

Biar seluruh pengadilan dunia kalah menjaring dan menangkap perusak hutan. Atau Berhasil mengaburkan dan menghilangkan bukti di pengadilan. Mampu merayu para hakim dengan lipatan kertas berharga. Membuat tuntutan Jaksa, tumpul dengan janji tambahan uang atau berhasil membutakan dan menulikan semua aparat.

Ingat, di akhirat kelak akan ada pengadilan yang mengadili dengan seadil-adilnya. Hakim-hakim yang tak menerima sogokan. Aparat tubuh yang bersaksi dengan kebenarannya. Hutan dan isinya yang kita hancurkan ikut bersaksi untuk memberatkan. Putusannya, hukuman berat ke jalan neraka.

Pernahkan kita mengingat sampai ke sana. Jangan pikir dunia ini menjadi surga dengan uang dari penjualan kayu secara besar-besaran. Jangan fikir ketenagan akan kekal dengan uang hasil hutan. Semuanya sedang menumpukkan simpanan api yang akan dibalas di akhirat nanti.

Makin banyak kerusakan yang kita lakukan, maka makin banyak simpanan bara api kita di akhirat. Semuanya terkumpul dengan adil dari hitungan yang kita lakukan. Simpanan itu menjadi milik kita di akhirat kelak. Simpanlah kayu api neraka sebanyak-banyaknya bila ingin menunggu itu kelak.

Memelihara Lingkungan Hidup

Allah dan Rasulnya telah mengingatkan kita tentang kewajiban memelihara Lingkungan Hidup. Melindungi bumi dari kerusakan. Dalam perang sekalipun. Pohon-pohon rindang tetap berlaku larangan untuk ditebang. Apalagi dimasa damai seperti ini. Bukankah makin terlarang lagi untuk menebanginya.

Tak perlu hutan yang di korbankan untuk pembangunan negara. Tak perlu ribuan kubit kayu untuk menutupi devisa negara. Carilah cara lain seperti jasa dan kemampuan kita dibidang lain untuk mensejahterakan rakyat.

Memakmurkan sebuah negara dengan menebang hutan. Sama saja dengan membangun Istana pasir di pinggir pantai. Karena kelak akan mendatangkan malapetaka akibat hutan tidak lagi berfungsi sebagai kehidupan dan pengendali kebutuhan air dan penyeimbang iklim.

Makanya Nabi Muhammad berpesan agar kita senantiasa melestarikan hutan dengan menghentikan menebanginya. Setiap pohon di bumi begitu penting untuk terus dilestarikan. Yang menebang pohon-pohon di hutan dan di jalanan sama dengan meluruskan kepalanya ke neraka seperti Sabda Nabi:

”Barang siapa yang memotong sebuah pohon sidrah, maka Allah akan meluruskan kepalanya tepat ke dalam neraka”, (HR Abu Daud, Baihaqi).

Hadist ini begitu jelas dan tegas memperingatkan kita agar tidak memotong pohon sidrah karena sama dengan meluruskan kepala ke neraka. Pohon Sidrah adalah sejenis pohon yang terkenal dengan sebutan al-sidr, pohon yang tumbuh di padang pasir, tahan terhadap panas dan tidak memerlukan air. Pohon seperti ini biasanya dijadikan tempat berteduh oleh para musafir, orang yang memberi makanan ternak, tempat pengembalaan atau tempat untuk berbagai tujuan lain di Arab pada zaman dulu.

Ditempat kita banyak pohon sidrah yang menjadi tempat berteduh banyak orang. Tidak mengherankan bila dulu di Aceh, ada kebiasaan orang yang suka menanam pohon di tempat berteduh dipinggir jalan. Terutama pohon-pohon yang bisa berbuah dan berteduh. Karena bila pohon tersebut bermanfaat untuk orang lain, maka pahala akan terus mengalir kepada orang tersebut tanpa henti. Adat seperti itu perlu dikampanyekan lagi di Aceh. Sebab bukan hanya bermanfaat untuk diri sendiri tetapi juga berguna untuk orang lain.

Berarti Kawasan Ekosistem Leuser dan kawasan hutan lainnya perlu dilindungi. Kawasan Ekosistem Leuser menjadi Pohon Sidrah Raksasa yang perlu dilindungi oleh semua orang. Karena telah memberi manfaat kepada penduduk dunia sehingga pantas di juluki sebagai Pohon Sidrah Raksasa. Yang memotong Pohon Sidrah Raksasa, maka Allah akan meluruskan kepalanya tepat ke neraka. Semoga kita tidak termasuk golongan orang-orang yang diluruskan ke neraka. Amin!.[]


(Esai ini Juara I Lomba Esai yang dibuat oleh Yayasan Leuser Internasional di Banda Aceh)

1 komentar:

Unknown mengatakan...

alouu hadi, satu lagi blogger aceh mampir ke medan ^_^ btw pasang SB ya biar bisa gampang say helo ^_^

Pemain Persiraja

Pemain Persiraja
Playmaker Persiraja, Patrick Sofian Ghigani