13 April 2008

Tiang Perdamaian


Oleh: Hadi Al Sumatrany

Damai Aceh adalah bangunan yang baru terwujud. Bila dihitung sejak 15 Agustus 2005 sampai 15 Agustus 2008 nanti, maka bangunan perdamaian Aceh masih sangat muda usianya. Apalagi bila dibandingkan dengan lamanya masa konflik yang sudah terjadi di Aceh sebelumnya.

Hasil dari perdamaian yang sudah dicapai ini patut diajukan jempol. Apalagi masyarakat Internasional juga mengakui proses perdamaian Aceh berjalan begitu cepat dalam menghasilkan komitmen antara GAM dengan Pemerintah Indonesia. Sebuah proses perdamian yang bisa dikategorikan begitu cepat dalam sejarah dunia setelah berkonflik lama.

Namun bangunan perdamaian yang baru ini tidak boleh dibiarkan begitu saja. Karena perdamaian ini perlu diperkuat dengan tiang-tiang yang kokoh dan pondasi yang kuat. Setelah komitmen itu disetujui, maka perlu segera direalisasikan di lapangan seperti yang sudah disepakati.

Salah satu tiang bangunan perdamaian yang perlu diperhatikan adalah nasib mantan kombatan dan korban konflik yang ada diseluruh Aceh. Perekonomian mereka setelah konflik perlu perhatian dan keseriusan. Karena kebutuhan untuk hidup normal yang tidak terpenuhi, bisa menjadi pintu untuk melakukan sesuatu yang berlawanan dengan komitmen. Apalagi bila komitmen itu dilanggar oleh pembuat komitmen sendiri.

Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan BRA harus lebih serius menjaga tiang perdamian Aceh. Komitmen yang sudah disepakati kepada mantan kombatan dan korban konflik harus ditepati. Karena komitmen itu bisa menjadi bom waktu yang merobohkan bangunan perdamaian bila diingkari.

Disinilah pentingnya kerjasama semua pihak untuk memperkuat tiang perdamaian itu. Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan BRA punya peran lebih dalam menjaga perdamaian ini. Tiang perdamaian Aceh belumlah kuat bila hak-hak mantan kombatan dan korbn konflik belum dipenuhi.

Semua kita yakin bahwa perdamaian Aceh akan abadi. Kita juga percaya hak mantan kombatan dan korban konflik akan dipenuhi. Bila hak korban konflik sudah dipenuhi, maka harapan perdamaian abadi bisa dirasakan oleh generasi selanjutnya.

Apalagi masa depan Aceh yang maju dan sejahtera sangat ditentukan oleh nasib perdamaian ini. Bila bangunan perdamaian roboh maka harapan Aceh masa depan pun akan tinggal kenangan. Sehingga butuh waktu untuk mewujudkan pondasi perdamaian dan membangunan tiang-tiang yang baru lagi agar tetap tegak di Aceh.

Kini Perdamaian sudah terwujud di Aceh. Sekarang yang dibutuhkan adalah komitmen kita untuk menjaganya agar tetap tegak. Pondasi perdamaian dan tiang perdamaian yang tetap tegak adalah tanggungjawab kita semua. Dengan sebuah tiang perdamaian yang kuat, maka cita-cita masa depan Aceh yang maju dan sejahtera akan terwujud.

Oleh karena itu, Tabloid TingkaP melalui edisi 3 ini masih mengangkat potret orang-orang yang bangkit setelah konflik. Mereka ada yang bangkit setelah mendapat bantuan dan ada yang bangkit dengan modal sendiri. Kesempatan untuk menata berbagai jenis usahanya bisa mereka lakukan setelah perdamaian terwujud.

Hal ini terlihat dari cerita dan pengalaman di berbagai wilayah di Aceh. Mereka tidak perlu gelisah lagi dengan kondisi keamanan. Karena perdamaian sudah memberi rasa aman dan harapan. Berbagai kegiatan ekonomi mereka kerjakan dengan rasa bangga dari siang sampai malam atau dari wilayah satu ke wilayah lain.

Besar harapan kita agar pemerintah dan berbagai pihak untuk ikut membantu mantan kombatan dan korban konflik lainnya melalui modal untuk bisa membangun usahanya. Kesempatan untuk bangkit sudah ada melalui perdamaian yang tercipta ini, keinginan dari masyarakat pun sudah sangat besar, sehingga pemerintah dan berbagai lembaga lainnya perlu memperluas dan memperbanyak pemberian pelatihan yang diiringi dengan pemberian modal.

Melalui pemberian modal maka pikiran atau usaha untuk mengganggu perdamaian bisa dihilangkan. Karena perbuatan itu hanya dilakukan oleh orang-orang yang tidak ada pekerjaan dan penghasilan. Bila pekerjaan dan penghasilan sudah ada, berarti tiang perdamaian itu sudah terpelihara. Semoga perdamaian Aceh tetap abadi. Amin!.[]



(Salam Redaksi Tabloid Tingkap, Jendela Perdamaian/Edisi 3/April/2008)

2 komentar:

Unknown mengatakan...

kamu kuperintahkan berperang, bukan berdamai, kamu kuperintahkan menang, bukan bekerja, jadi perang sebagai pekerjaan, jadikan perdamaian sebagai kemenanganmu.

Unknown mengatakan...

njoe blog lon pak hadi
www.irwanpsa.blogspot.com

Pemain Persiraja

Pemain Persiraja
Playmaker Persiraja, Patrick Sofian Ghigani